Pendahuluan
Perkembangan Artificial Intelligence (AI) di Indonesia kini memasuki babak baru. Setelah sebelumnya didominasi oleh bahasa Inggris, kini berbagai startup dan lembaga riset nasional tengah mengembangkan model AI multibahasa yang mampu memahami bahasa Indonesia, bahasa daerah, bahkan dialek lokal.
Transformasi ini bukan sekadar soal teknologi, tapi juga soal identitas budaya dan komunikasi nasional di era digital global.
1. Dari Bahasa Daerah ke Bahasa Digital
Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah, menjadikannya salah satu negara dengan keragaman linguistik terbesar di dunia. Namun, selama bertahun-tahun, bahasa-bahasa lokal itu jarang tersentuh teknologi.
Dengan hadirnya AI, kini mulai muncul inisiatif untuk mendigitalisasi bahasa daerah agar tetap hidup dan bisa digunakan dalam komunikasi modern.
Menurut Introl Research (2025), beberapa lembaga seperti BPPT dan BRIN telah bekerja sama dengan universitas dalam proyek “Bahasa Nusantara AI Model” untuk melatih AI memahami kosakata lokal seperti Jawa, Sunda, dan Bugis.
2. AI Multibahasa: Membangun Jembatan Digital
Model AI modern di Indonesia mulai dilatih menggunakan data campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
Tujuannya? Agar mesin tidak hanya menerjemahkan, tapi juga memahami konteks budaya.
Contoh penerapannya:
- Chatbot layanan publik yang bisa menjawab dalam bahasa daerah.
- Model voice-to-text yang bisa mengenali aksen khas seperti Makassar atau Medan.
- Asisten digital sekolah yang bisa membantu pelajar dari daerah berbeda.
Menurut laporan Introl (2025), tren ini disebut “Indonesia AI Revolution”, karena membuka peluang agar teknologi tidak lagi bias pada bahasa global, tetapi inklusif terhadap budaya lokal.
3. Indonesia Sebagai Pusat Bahasa AI Regional
Dengan populasi digital yang besar dan pengguna internet lebih dari 200 juta orang, Indonesia kini diproyeksikan menjadi pusat riset bahasa AI di Asia Tenggara.
Perusahaan seperti Gojek, Telkom, dan Indosat Ooredoo Hutchison sudah mulai berinvestasi dalam model bahasa berbasis AI yang bisa memahami gaya percakapan khas orang Indonesia.
Salah satu inovasi terbaru datang dari proyek Sahabat-AI, hasil kolaborasi Indosat dan GoTo, yang diklaim mampu mendukung 40 bahasa lokal dan regional.
Dengan begitu, Indonesia bukan hanya pengguna teknologi, tapi pencipta ekosistem linguistik digital baru.
4. Tantangan: Data dan Akses
Walau menjanjikan, pengembangan AI bahasa lokal tidak mudah.
Tantangan terbesar adalah minimnya data berkualitas dari bahasa daerah. Banyak bahasa hanya digunakan secara lisan, sehingga sulit dikonversi menjadi dataset digital.
Selain itu, masih ada kesenjangan infrastruktur antara kota besar dan daerah terpencil, yang membuat akses ke teknologi berbasis AI belum merata.
Menurut analisis BRIN (2024), dibutuhkan sinergi antara akademisi, pemerintah, dan sektor swasta untuk mempercepat digitalisasi linguistik.
5. Dampak untuk Masyarakat dan Pendidikan
Manfaat terbesar dari model AI multibahasa adalah inklusivitas.
Dengan AI yang bisa memahami berbagai bahasa, pelayanan publik, pendidikan, dan media dapat menjangkau masyarakat lebih luas.
Bayangkan guru di Papua bisa menggunakan AI yang mengenali logat setempat untuk mengajar dengan lebih natural.
Atau pelajar di Sulawesi bisa belajar bahasa Inggris lewat aplikasi AI yang tetap memakai bahasa ibu mereka sebagai jembatan pemahaman.
Hal ini sejalan dengan visi “Digital Literacy 2045” dari Kementerian Kominfo, yang ingin memastikan semua masyarakat Indonesia memiliki akses terhadap teknologi berbasis bahasa.
6. Menuju Ekosistem Bahasa Global
Dalam jangka panjang, kemampuan AI memahami bahasa lokal akan memperkuat posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa global.
Sama seperti Jepang dengan “Nihongo AI” dan Korea dengan “Hangeul NLP”, Indonesia kini punya peluang besar untuk membawa Bahasa Indonesia menjadi bahasa teknologi internasional.
Kalau tren ini terus berkembang, bukan tidak mungkin lima tahun ke depan kita akan melihat ChatGPT versi Bahasa Indonesia penuh — dengan kemampuan memahami logat Medan, Jawa, Bali, bahkan Toraja.
Kesimpulan
Revolusi AI di Indonesia bukan hanya tentang kecerdasan mesin, tapi juga tentang bagaimana teknologi bisa melestarikan dan memperluas jangkauan bahasa manusia.
Dengan membangun model multibahasa domestik, Indonesia sedang membuktikan bahwa bahasa lokal tidak kalah penting dari bahasa global.
Dari Sabang sampai Merauke, AI kini mulai belajar berbicara seperti kita — dan itu adalah langkah besar menuju masa depan komunikasi yang inklusif dan berkeadilan digital.