Bahasa Technology

AI dan Bahasa Daerah: Upaya Melestarikan Linguistik Indonesia

AI dan bahasa daerah membantu melestarikan bahasa lokal Indonesia melalui teknologi digital

Pendahuluan

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, AI dan bahasa daerah menjadi topik menarik yang jarang dibahas.
Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah, namun sebagian besar terancam punah karena minimnya dokumentasi dan penutur muda.
Kini, kecerdasan buatan (AI) hadir sebagai alat baru untuk membantu pelestarian bahasa lokal di era digital.

Menurut laporan dari BRIN Indonesia, sekitar 11 bahasa daerah di Indonesia telah kehilangan penuturnya dalam dua dekade terakhir.
Namun dengan bantuan AI, harapan untuk melestarikan bahasa-bahasa ini kembali muncul.


Bagaimana AI Membantu Melestarikan Bahasa Daerah

Kecerdasan buatan mampu mengumpulkan, menganalisis, dan mempelajari pola dari ribuan kata serta struktur kalimat dalam berbagai bahasa daerah.
Teknologi ini digunakan untuk:

  • 🔊 Membangun database suara dari penutur asli.
  • 🧠 Melatih model NLP (Natural Language Processing) agar memahami dialek lokal.
  • 📚 Membuat aplikasi kamus digital interaktif untuk pembelajaran.

Contohnya, proyek “AI for Local Languages” yang digagas oleh Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Kominfo, telah berhasil mendigitalkan lebih dari 30 bahasa daerah — termasuk Jawa, Bugis, dan Sunda.


AI dan Bahasa Daerah: Tantangan yang Dihadapi

Meski potensinya besar, pengembangan AI untuk bahasa daerah bukan tanpa kendala.
Beberapa tantangan utama meliputi:

  • Kurangnya data linguistik berkualitas untuk bahasa daerah kecil.
  • Minimnya penutur asli yang bisa direkam untuk melatih model AI.
  • Kompleksitas struktur fonetik dan gramatikal antar bahasa daerah.

Namun, banyak komunitas lokal kini mulai ikut berkontribusi. Di Papua misalnya, kelompok muda bekerja sama dengan pengembang AI untuk merekam dan menerjemahkan lagu tradisional ke format digital.

Baca Juga : AI dan Bahasa Indonesia: Revolusi Teknologi yang Mengubah Cara Kita Berkomunikasi


Dampak Sosial dan Budaya

Perpaduan antara AI dan bahasa daerah bukan hanya soal teknologi, tapi juga budaya dan identitas.
Melalui proyek-proyek digital, generasi muda bisa kembali mengenal bahasa ibu mereka lewat cara modern: aplikasi, chatbot, atau bahkan game edukatif.

Menurut laporan Katadata Insight Center (2025), 72% pengguna aplikasi pembelajaran bahasa di Indonesia menunjukkan minat untuk mempelajari bahasa lokal bila disajikan dengan format interaktif berbasis AI.


Kolaborasi Pemerintah, Komunitas, dan Akademisi

Kesuksesan pelestarian bahasa daerah lewat AI tidak bisa dilakukan sendirian.
Dibutuhkan kolaborasi antara:

  • Pemerintah (melalui BRIN dan Kominfo)
  • Akademisi (UGM, ITB, UI, Unpad)
  • Komunitas digital (developer AI lokal, startup linguistik)

Langkah kolaboratif ini juga sejalan dengan Program Digitalisasi Budaya Nasional yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

👉 Baca juga: AI dalam Pendidikan: Cara Baru Belajar Bahasa di Era Digital


Masa Depan Bahasa Daerah di Era AI

Bayangkan 10 tahun ke depan: setiap anak Indonesia bisa belajar bahasa daerah lewat AI tutor di ponsel mereka.
Cerita rakyat, lagu daerah, hingga percakapan tradisional terekam dan diajarkan ulang oleh teknologi.

AI bukan lagi ancaman terhadap budaya, tapi jembatan penghubung antara masa lalu dan masa depan.
Jika terus dikembangkan dengan benar, Indonesia bisa menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki AI linguistik multibahasa daerah.


Kesimpulan

Kombinasi AI dan bahasa daerah membuka babak baru dalam pelestarian budaya Indonesia.
Dari riset akademik hingga aplikasi publik, semua pihak kini bisa berperan menjaga keberagaman linguistik Nusantara.

Melalui AI, bahasa daerah bukan sekadar kenangan tapi identitas hidup yang terus berkembang di era digital.