Bahasa

Fenomena Bahasa Gaul Online: Mengapa Anak Muda Cepat Beradaptasi?

Ilustrasi bahasa gaul online yang digunakan anak muda di era digital.

Bahasa gaul online berkembang sangat cepat, terutama di kalangan anak muda yang setiap hari hidup di media sosial. Istilah seperti “gaskeun”, “healing”, atau “auto insecure” muncul, viral, lalu dipakai secara massal hanya dalam hitungan jam.

Menurut laporan Katadata, penggunaan internet intens membuat remaja Indonesia jadi kelompok paling cepat menciptakan dan menyebarkan kosakata baru.


1. Bahasa Gaul Tumbuh dari Kecepatan Informasi

Di TikTok, X, dan Instagram, satu kata bisa langsung viral karena algoritma. Kecepatan penyebaran informasi ini membuat bahasa gaul tidak punya batas wilayah atau kelas sosial.

Buat yang ingin memahami perbedaan konteks formal dan nonformal, lu bisa baca artikel:
Perbedaan Bahasa Formal dan Nonformal


2. Bahasa sebagai Identitas Kelompok Anak Muda

Gaya bahasa digital menciptakan rasa kebersamaan. Anak muda memakai bahasa gaul untuk menunjukkan kedekatan dan identitas kelompok.

Menurut analisis komunikasi digital dari CNBC Indonesia, bahasa informal membuat komunikasi terasa lebih personal di ruang online.


3. Pengaruh Bahasa Inggris pada Bahasa Gaul

Banyak istilah Inggris diserap dan dimodifikasi:

  • cringe
  • toxic
  • vibe
  • flexing
  • healing

Uniknya, arti “healing” di Indonesia berubah menjadi “liburan untuk menyegarkan pikiran”.

Kalau lu mau cek contoh penggunaan bahasa yang benar, bisa baca:
Contoh Kalimat Baku dan Tidak Baku


4. Algoritma Media Sosial Ikut Mengubah Bahasa

Algoritma membuat kata viral terus naik ke timeline, sehingga semakin sering digunakan. Inilah yang disebut “loop viralitas” oleh Kominfo


5. Apakah Bahasa Gaul Merusak Bahasa Indonesia?

Jawabannya: tidak.
Bahasa selalu berevolusi. Bahasa gaul justru membuat komunikasi digital lebih ekspresif, selama digunakan pada konteks yang tepat.


Kesimpulan

Bahasa gaul online bukan sekadar tren. Ia adalah bagian dari budaya digital yang dibentuk oleh kecepatan informasi, identitas kelompok, dan algoritma media sosial. Perubahan ini wajar dan justru memperkaya dinamika berbahasa di Indonesia.