Bahasa

Bahasa dalam Aksi Demo Indonesia: Narasi, Simbol, dan Makna di Balik Kata

Bahasa dalam aksi demo Indonesia dengan poster dan simbol yang mencerminkan narasi perlawanan masyarakat

Sejak 25 Agustus hingga hari ini, berbagai aksi demo di Indonesia kembali menjadi sorotan publik. Bukan hanya jumlah massa atau isu politik yang menarik, tetapi juga bagaimana bahasa dalam aksi demo Indonesia digunakan untuk menyampaikan pesan, membangun solidaritas, bahkan memengaruhi opini masyarakat.


Bahasa sebagai Alat Penyampaian Pesan

Setiap demo selalu diwarnai dengan poster, spanduk, hingga orasi. Pilihan kata yang singkat, tegas, dan emosional membuat bahasa dalam demo mudah diingat.

  • Kata “Lawan!” sering digunakan untuk memantik semangat kolektif.
  • Frasa seperti “Reformasi Dikorupsi” kembali muncul sebagai simbol perlawanan.
  • Penggunaan rima atau humor pada poster memperkuat daya tarik pesan.

Menurut BRIN (2025), bahasa protes dirancang untuk menimbulkan resonansi emosional, bukan sekadar menyampaikan informasi.


Simbol dan Bahasa Visual

Selain bahasa verbal, simbol juga punya peran besar. Pada demo kali ini, terlihat banyak gambar-gambar satir, karikatur, hingga meme digital yang disebarkan di media sosial. Emoji ✊ dan 🔥 sering dipakai sebagai representasi perjuangan.

Bahasa visual ini memperkuat narasi demo dan mempermudah penyebaran pesan ke kalangan generasi muda.


Bahasa Media dan Framing Isu

Bagaimana media memberitakan demo juga memengaruhi persepsi publik.

  • Media pro-pemerintah cenderung menggunakan bahasa yang menekankan “ketertiban” dan “keamanan”.
  • Media kritis lebih banyak menyoroti bahasa ketidakadilan, seperti “represi aparat” atau “suara rakyat yang dibungkam”.

Menurut penelitian Kominfo (2025), framing media lewat bahasa sangat memengaruhi arah opini publik, terutama di era digital.


Bahasa Solidaritas di Media Sosial

Sejak 25 Agustus, tagar demo menjadi trending di Twitter/X. Tagar seperti #SuaraRakyat, #TolakKebijakan, hingga #LawanKetidakadilan memperlihatkan bagaimana bahasa digital menjadi alat solidaritas.

Generasi Z menggunakan bahasa gaul bercampur Inggris, misalnya “Gas terus bestie, lawan unfair system!”, yang menunjukkan bahwa bahasa protes kini makin cair dan inklusif.


Dampak Bahasa terhadap Opini Publik

Bahasa yang digunakan dalam demo tidak hanya memengaruhi partisipasi massa, tetapi juga opini publik secara luas.

  • Kata-kata emosional → memicu simpati.
  • Bahasa satir → menarik perhatian media.
  • Narasi digital → mempercepat penyebaran pesan.

Seperti dikatakan Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, “Bahasa adalah kekuatan budaya. Ketika dipakai dalam protes, bahasa bisa menggerakkan massa sekaligus membentuk sejarah.”

👉 Baca juga artikel kami tentang Bahasa Simbol dalam Kehidupan Sehari-Hari


Kesimpulan

Aksi demo Indonesia sejak 25 Agustus hingga hari ini menunjukkan betapa pentingnya bahasa sebagai instrumen perlawanan. Dari poster jalanan hingga meme di media sosial, bahasa berfungsi sebagai simbol identitas, solidaritas, sekaligus alat politik.

Bahasa dalam aksi demo membuktikan bahwa kata-kata punya kekuatan lebih besar dari sekadar tulisan—ia mampu menggerakkan masyarakat, memengaruhi opini, dan meninggalkan jejak sejarah.